WEB CONTENT
Dalam produksi media dan penerbitan, konten informasi dan pengalama dapat memberikan nilai bagi end-user/audience dalam konteks tertentu. Konten dapat disampaikan melalui media apapun seperti internet, televisi, dan CD audio, serta acara live seperti konferensi dan pertunjukan panggung. Konten (media) digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai berbagai format dan genre informasi yang dikelola sebagai nilai tambah, dan media komponen berguna untuk target audiens. Produksi media dan teknologi pengiriman berpotensi meningkatkan nilai konten dengan format, penyaringan dan menggabungkan sumber-sumber asli konten untuk hal yang baru dengan konteks yang baru. Kurang penekanan pada nilai dari konten yang disimpan, dan lebih menekankan pada repurposing cepat, pemakaian ulang, dan pemindahan telah menyebabkan banyak penerbit dan produser media melihat fungsi utama mereka kurang mempunyai banyak pembuat/pencipta dan lebih sebagai transformer dari konten.
Standard
Standar Web merupakan suatu keharusan, standar non-proprietary dan spesifikasi teknis lainnya yang mendefinisikan dan menggambarkan aspek dari World Wide Web. Dalam beberapa tahun terakhir, istilah ini telah lebih sering dikaitkan dengan kecenderungan untuk membangun situs web, dan filosofi desain web dan pengembangan yang meliputi metode-metode.
Standar web satu sama lain saling tergantung, beberapa di antaranya mengatur aspek internet, bukan hanya World Wide Web (Sebuah Situs). Bahkan ketika web tidak terpantau, standar tersebut secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perkembangan dan administrasi situs web dan layanan web. Pertimbangannya adalah interoperabilitas, aksesibilitas dan kegunaan dari halaman web dan situs web.
Standar web, dalam arti yang lebih luas, terdiri dari:
- Recommendations published by the World Wide Web Consortium (W3C)
- Internet standard (STD) documents published by the Internet Engineering Task Force (IETF)
- Request for Comments (RFC) documents published by the Internet Engineering Task Force
- Standards published by the International Organization for Standardization (ISO)
- Standards published by Ecma International (formerly ECMA)
- The Unicode Standard and various Unicode Technical Reports (UTRs) published by the Unicode Consortium
- Name and number registries maintained by the Internet Assigned Numbers Authority (IANA)
BAHASA DALAM WEB
Dalam sebuah web kita memerlukan sebuah bahasa pemrograman.
Sekarang kita bisa dengan mudah membuat suatu website yang geratis atau dengan membayar. Sebenarnya apakah fungsi dari website itu sendiri? Website dapat digunakan untuk mengeshare berbagai ilmu dan pengetahuan sehingga banyak orang dapat mengetahuinya.
Banyak bahasa pemrograman seperti HTML, joomla, java, bahasa C, C++, PHP, dll.
Tapi PHP mempunyai kelebihan dari bahasa pemograman yang lainnya yang diantaranya :
• Bahasa pemrograman PHP adalah sebuah bahasa script yang tidak melakukan sebuah kompilasi dalam penggunaanya.
• Web Server yang mendukung PHP dapat ditemukan dimana – mana dari mulai apache, IIS, Lighttpd, nginx, hingga Xitami dengan konfigurasi yang relatif mudah.
• Dalam sisi pengembangan lebih mudah, karena banyaknya milis – milis dan developer yang siap membantu dalam pengembangan.
• Dalam sisi pemahamanan, PHP adalah bahasa scripting yang paling mudah karena memiliki referensi yang banyak.
• PHP adalah bahasa open source yang dapat digunakan di berbagai mesin (Linux, Unix, Macintosh, Windows) dan dapat dijalankan secara runtime melalui console serta juga dapat menjalankan perintah-perintah system
KEBERAGAMAN BUDAYA
Kemajuan IPTEK yang begitu pesat pada saat ini, memiliki banyak sekali pengaruk bagi kebudayaan yaitu salah satunya Bergesernya Nilai-nilai Budaya.Bangsa kita adalah bangsa yang besar, maksudnya Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai budayanya, mungkin itu adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan begitu beragamnya budaya orang Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Beribu – ribu pulau, suku, bahasa, adat, membuat Indonesia menjadi salah satu daya tarik dan Negara yang paling kaya dipandang dari budayanya. Secara matematis kita tidak dapat menghitung betapa melimpahnya kekayaan budaya kita
Dipandang dari adatnya ke-Timuran-nya maka Indonesia sangat berbeda dengan daerah yang ada di Barat, rata – rata orang Timur sangat menjunjung tinggi nilai – nilai budayanya sendiri sebagai aset untuk melestarikan daerah dan budayanya secara turun – temurun. Nilai – nilai budaya yang secara turun – temurun yang dimaksud adalah Sopan, Santun, Taat, Menghormati, Menghargai, Menjunjung Tinggi Adat, Tata Krama Pergaulan, dan lainnya yang menjadi ciri khas orang Indonesia. Kebiasaan mengalah, menghargai jasa orang lain, menghormati hak milik orang merupakan gambaran betapa orang Indonesia merupakan bangsa yang sangat menjunjung tinggi budayanya. Bagi orang Indonesia budaya adalah jembatan menuju kesuksesan, budaya adalah tempat untuk mencari solusi jika terdapat permasalahan, budaya adalah harta yang tak ternilai harganya.
Perubahan dalam hidup boleh terjadi akan budaya dengan nilainya yang tak terhingga akan tetap menjadi simbol bagi orang Indonesia dalam kehidupannya. Terbukti walaupun kemajuan begitu pesat saat ini akan tetapi dalam setiap kesempatan tetaplah budaya dikedepankan dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Pada prinsipnya setiap perkembangan dan kemajuan dalam segi apapun baik adanya, setiap manusia menginginkan perubahan pun demikian dalam konteks kehidupan bermasyarakat.
Dari sekian banyak bidang ada dan berpacu untuk kemajuan salah satunya adalah bidang teknologi, yang menghadirkan perubahan dan kemajuan untuk selanjutnya digunakan oleh manusia. Beragam teknologi yang diciptakan memungkinkan manusia untuk bebas memilih apa yang diinginkan.
Perkembangan teknologi seperti yang sudah tersaji diatas tentu membawa perubahan yang begitu baik dan pesat dalam kehidupan manusia. Perkembangan itu baik adanya jika sesuai dengan apa yang diharapkan. Bagaimana jika perkembangan teknologi membawa pengaruh negatif dalam hidup manusia ? apakah pengaruh negatif dari teknologi mempengaruhi pergeseran nilai – nilai budaya dalam kehidupan manusia ? Kedua pertanyaan ini menjadi wajar apabila kita perhatikan dengan seksama dampak dari kemajuan saat ini.
Tidak dipungkiri bahwa perkembangan teknologi saat ini juga membawa pengaruh yang kurang baik atau negatif dalam kehidupan manusia. Kehadiran tekologi yang sedemikian canggih membuat masyarakat umum mempunyai begitu banyak pilihan untuk memilih apa yang dikehendakinya.
Pertanyaan kedua apakah pengaruh negatif teknologi mempengaruhi bergesernya nilai – nilai budaya dalam masyarakat, jawabannya iya. Teknologi diciptakan oleh manusia untuk dapat memenuhi kebutuan manusia itu sendiri, akan tetapi pada perkembangan selanjutnya justru teknologi tersebut disalah gunakan. Misalnya lewat teknologi internet atau dunia maya orang akan semakin mudah mengakses situs – situs porno yang justru itu datang dari kaum muda, hal ini tentu membuat pergeseran norma asusila dalam hidup kaum muda tersebut. Ini menjadi satu contoh dari sekian banyak contoh yang ada dalam kehidupan sehari hari masyarakat.
Contoh lain adalah dampak teknologi adalah dalam bidang militer, berpuluh – puluh macam senjata dicipatakan untuk membunuh manusia, kemana larinya budaya untuk saling menolong, menghargai sesama manusia kalau teknologi yang diciptakan justru dipakai untuk membunuh manusia sendiri. Yang paling hangat dalam ingatan kita tentunya kasus penculikan dan perkosaan yang dilakukan oleh pelajar beberapa waktu lalu yang justru dilakukan setelah pada mulanya berkenalan lewat media teknologi jejaring sosial online facebook. Dengan begitu mudahnya orang dapat mengakses informasi diri dan menyebarluaskan kepada sesama teman, akibatnya prostitusi pun dapat dilakukan lewat dunia maya ini yang justru merupakan efek dari perkembangan teknologi modern. Dan masih banyak lagi contoh betapa perkembangan teknologi yang begitu canggih justru disalah gunakan mengakibatkan bergesernya nilai – nilai budaya umat manusia itu sendiri.
Dalam upaya mempertahankan nilai nilai budaya dalam lingkungan masyarakat tentunya dibutuhkan kerja yang eksta, mengingat bahwa nilai – nilai budaya dalam masyarakat menentukan pula perkembangan kehidupan sosial masyarakat itu sendiri. Mereka yang mampu bertahan di tengah kehidupan teknologi yang semakin canggih tentunya akan mendapatkan kehidupan yang diinginkan, demikian sebaliknya.
Bagaimana upaya mempertahankan nilai – nilai budaya dalam kehidupan masyarakat ? ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam upaya membentengi diri dari arus negatif teknologi. Beberapa hal tersebut antara lain :
1. Memperkenalkan pentingya nilai – nilai budaya kepada anak sejak usia dini
2. Memberikan pemahaman kepada anak, masyarakat dan elemen lainnya betapa vitalnya nilai – nilai budaya terhadap kehidupan
3. Memberikan batasan terhadap hal yang bersifat negatif yang masuk dalam hidup dan kehidupan suatu masyarakat
4. Menjadikan nilai – nilai budaya sebagai ujung tombak dari norma kehidupan keluarga dan masyarakat
5. Menjunjung tinggi nilai – nilai budaya
6. Memandang teknologi dengan segala kemajuan dan perubahannya dalam arti yang positif
7. Menggunakan fasilitas kemajuan teknologi untuk hal yang baik dan positif
8. Sebagai orang tua wajib untuk memberikan pengawasan ekstra kepada anak, baik dalam penggunaan teknologi atau pergaulan sehari-hari.
Memang dalam penerapannya terkadang sulit untuk mengikuti keinginan dibanding kata hati, akan tetapi untuk hidup yang lebih baik kita dituntut untuk melakukan perubahan dalam hidup kita.
Setinggi apapun kemajuan teknologi yang ditawarkan kepada kita akan tetapi kita salah menggunakannya tentu akan membuat hidup kita menjadi salah jalan, justru teknologi tersebut akan menyesatkan hidup kita sehingga nilai – nilai budaya hidup kita tidak lagi sesuai dengan yang kita harapkan, akhirnya ada yang harus dikorbankan dari kejadian tersebut.
Semuanya berpulang kembali kepada kita manusia sebagai makluk sosial, apakah teknologi yang sedemikian canggih ini dapat kita maksimalkan penggunaannya atau justru perkembangan teknologi yang menyeret kita pada hancurnya kebudayaan kita ? kita semualah yang akan menjawabnya.
Model Generatif (GENERATIVE MODEL)
Secara tradisional, objek 3D dan dunia virtual ditentukan oleh daftar geometris yang terdahulu : kubus dan bola di bentukan CSG, NURBS patch, satu set fungsi implisit, segitiga, atau hanya dengan sebuah titik.
Istilah ‘generatif model’ menjelaskan perubahan paradigma dalam deskripsi bentuk, generalisasi dari objek yang dioperasikan : sebuah bentuk digambarkan oleh urutan langkah-langkah pengolahan, bukan hanya hasil akhir dari penerapan operasi. Desain bentuk menjadi desain aturan. Desain bentuk menjadi desain aturan. Pendekatan ini sangat umum dan dapat diterapkan pada setiap representasi bentuk yang menyediakan satu set untuk menghasilkan sebuah fungsi, ‘operator bentuk dasar’ (elementary shape functions) . Efektivitasnya telah dibuktikan, misalnya, di bidang pembuatan grid , dengan operator Euler sebagai pelengkapnya dan penutup set yang menghasilkan fungsi untuk sebuah perangkap dan beroperasi pada tingkat halfedge.
Contoh Generative Model :
Pemodelan generatif mempunyai keuntungan yang efisiensi untuk menciptakan bentuk-operator tingkat tinggi
dari operator bentuk tingkat rendah. Setiap urutan langkah-langkah pengolahan dapat dikelompokkan secara bersama-sama untuk menciptakan ‘operator gabungan’ yang baru. Ini mungkin menggunakan operator dasar serta operator gabungan lainnya. Nilai yang konkret dapat dengan mudah diganti dengan parameter, yang memungkinkan untuk memisahkan data dari suatu operasi: Urutan pemrosesan yang sama dapat diterapkan pada set data input yang berbeda. Data yang sama dapat digunakan untuk menghasilkan bentuk yang berbeda dengan menerapkan operator gabungan yang berbeda, misalnya, sebuah perpustakaan operator dengan model domain-dependen. Hal ini memungkinkan untuk membuat objek yang sangat kompleks dari beberapa parameter input tingkat tinggi, seperti misalnya sebuah perpustakaan (library style).
Generatif bahasa pemodelan GML adalah implementasi konkret dari pendekatan generatif. Fitur utamanya adalah penuh dengan bahasa pemrograman yang fungsional namun tetap dapat digunakan secara efisien sebagai format file untuk deskripsi tingkat rendah.
Rhetorical Web
Rhetorical Web adalah fitur yang signifikan dari WWW , bahwa hiperlink bisa mengoperasikan secara semantik dan navigational . Di sisi lain , tautan (link) menyarankan asosiasi yang berarti antara halaman web dan isi dari halaman web , dan bisa memfasilitasi ciptaan tropis (tropic creation) yang berguna . Tautan dan asosiasi ini dapat dibaca secara kritis , disarankan tentang cara berfikir hubungan antara halaman suatu web dan isi halaman suatu web yang dimaksud atau tidaknya oleh si pembuat (author).
Disisi lain, hiperlink juga merupakan jalan navigational : suatu tempat yang memiliki pergerakan dari satu halaman ke halaman lainnya. Dalam konteks ini, banyak pertanyaan yang dapat muncul tentang bagaimana suatu link dapat memfasilitasi atau menghalangi suatu pergerakan: sebagai contoh, bagaimana sebuah perangkat lunak menyaring atau memblocking suatu akses ke situs tertentu, secara langsung juga memblokir akses ke situs lain yang terhubung dengannya (situs yang diblokir), termasuk situs yang bisa diakses melalui situs yang sudah diblokir. Masalah akses, masalah dorongan implisit beserta jalan tertentu dan tarikan terhadap yang lainnya, masalah dari penanda suatu tempat yang membantu pengguna mengetahui dimana mereka saat di web space, sebagai lawan mereka yang cenderung untuk membiarkan mereka tersesat, semua hal penting dari desain bukan hanya karena mereka dapat melemahkan atau mencegah pengguna (khususnya pengguna pemula), tetapi juga karena mereka menentukan jalan penemuan yang difasilitasi atau tertutup.
Contoh Rhetorical Web:
Web Annotations
Tagging
Tagging adalah kata yang belum lama dilahirkan. Dahulu sebelum ada tagging, dunia informasi yang ada di internet berserakan dan tidak tersusun berdasarkan kategorinya.
Hal itu bagaikan, perpustakaan tanpa ada pengurusnya atau pustakawan. Nah sekarang dengan adanya tagging, para pengguna internet diminta saling membantu untuk menyusun informasi berdasarkan kategori, popularitas dan kesukaannya, termasuk juga berita-berita terkini.
Google pun diam-diam sudah memasukkan sistem tag, semacam fitur bookmark ke dalam my Search History, hal ini memungkinkan Anda melakukan tagging dan menaruh komentar ke setiap situs web yang Anda kunjungi.
METADATA
Metadata adalah informasi terstruktur yang menjelaskan, menjelaskan, menempatkan, atau membuatnya lebih mudah dalam mengambil, menggunakan maupunmengelola
sebuah sumber informasi. Metadata sering disebut data tentang data atau informasi tentang informasi. Istilah metadata digunakan berbeda dalam komunitas yang berbeda.
Beberapa menggunakannya untuk merujuk kepada mesin informasi dimengerti, sementara orang lain menggunakannya hanya untuk mencatat bahwa menggambarkan sumber daya elektronik. Di lingkungan perpustakaan, metadata umumnya digunakan untuk deskripsi formal skema sumber daya, yang berlaku untuk semua jenis objek, digital
atau non-digital.
Katalogisasi perpustakaan tradisional adalah bentuk metadata; MARC 21 dan aturan set yang digunakannya, seperti AACR2, adalah standar metadata. Skema metadata lainnya telah dikembangkan dalam menggambarkan berbagai jenis obyek tekstual dan non-tekstual termasuk buku yang diterbitkan, dokumen elektronik, arsip dalam mencari bantuan, benda seni, pendidikan dan materi pelatihan dan serangkaian data ilmiah.
Ada tiga jenis utama metadata:
- Metadata deskriptif; menggambarkan sumber daya untuk tujuan seperti penemuan dan identifikasi. Hal itu dapat mencakup unsur-unsur seperti judul, abstrak, pengarang, dan kata kunci.
- Metadata struktural; metadata ini menggolongkan secara terstruktur jenis isi informasi dimana diletakkan bersama-sama pada satu kelompok, misalnya, seberapa halaman dalam membentuk bab.
- Administrative metadata; metadata ini menyediakan informasi yang membantu
mengelola sumber daya, seperti kapan dan bagaimana diciptakan, file jenis dan informasi teknis lainnya serta siapa yang dapat mengaksesnya. Ada beberapa subset administrasi data, dua hal yang kadang-kadang terdaftar secara terpisah
jenis metadatanya adalah:- Rights management metadata, yang berkaitan dengan hak kekayaan intelektual.
- Preservation metadata, Pelestarian metadata yang berisi informasi yang dibutuhkan untuk arsip dan mempertahankan sumber daya.
digunakan untuk deskripsi di tingkat manapun model informasi yang tercantum dalam
yang IFLA (International Federation of Library Associations and Institutions) Functional Requirements for Bibliographic Records: kerja, ekspresi, manifestasi, atau itemnya. Sebagai contoh, sebuah metadata catatan bisa menggambarkan laporan, edisi khusus laporan, atau
copy spesifik dari edisi laporan.
Metadata dapat ditanamkan dalam objek digital atau dapat disimpan secara terpisah. Metadata sering tertanam dalam dokumen HTML dan dalam header dari file gambar. Menyimpan metadata dengan obyek tersebut menggambarkan menjamin metadata akantidak hilang, menyingkirkan masalah menghubungkan antara data dan metadata, dan membantu memastikan bahwa metadata dan objek akan diperbarui bersama-sama. Bagaimanapun, adalah mustahil untuk menanamkan metadata dalam beberapa jenis objek (Misalnya, artefak). Juga, menyimpan metadata secara terpisah dapat menyederhanakan pengelolaan metadata itu sendiri dan memudahkan pencarian dan pengambilan. Oleh karena itu, metadata biasanya disimpan dalam sistem database dan erkait dengan objek dijelaskan.
Bagaimana Metadata bekerja?
Sebuah alasan penting untuk membuat metadata deskriptif adalah untuk memfasilitasi
penemuan informasi yang relevan. Selain penemuan sumber daya, metadata dapat membantu mengatur sumber daya elektronik, memfasilitasi interoperabilitas dan sumber daya warisan integrasi, menyediakan identifikasi digital, dan dukungan pengarsipan
dan pelestariannya.
a. Penemuan Sumberdaya
Metadata melayani fungsi yang sama dalam penemuan sumber daya dalam katalogisasi yang teratur seperti:
- Memungkinkan sumber daya dapat ditemukan dengan kriteria yang relevan;
- Mengidentifikasi sumber daya;
- Membawa sumber daya yang sama secara bersama-sama;
- Membedakan sumber daya berbeda;
- Memberikan informasi lokasi
Karena jumlah sumber daya yang berbasis Web tumbuh secara eksponensial, situs atau portal yang semakin berguna dalam mengorganisir link ke sumber daya berdasarkan penonton atau topik. daftar tersebut dapat dibangun sebagai halaman Web statis, dengan nama dan lokasi dari sumber daya "hardcoded" di HTML. Namun, lebih efisien dan semakin lebih umum dalam membangun halaman-halaman dinamis dari metadata disimpan dalam database. Berbagai perangkat lunak dapat digunakan untuk secara otomatis ekstrak dan memformat informasi untuk Web aplikasi.
Istilah metadata digunakan secara berbeda oleh institusi atau pengguna yang berbeda, ada yang menekankan pada pengenalan komputer/sistem atas data tetapi ada juga yang menekankan pada catatan yang menjelaskan data tersebut. Dalam manajemen perpustakaan metadata secara formal merupakan sebuah skema atau sumber penjelasan yang menggambarkan tipe dari obyek digital atau non digital. Katalog perpustakaan tradisional merupakan salah satu bentuk dari metadata.
Ada banyak yang bisa dilakukan dengan metadata, metadata dibangun sesuai dengan tujuannya. Tujuan umum pembangunan metadata adalah untuk memberikan penjelasan yang memungkinkan proses mencarian data bisa dilakukan. Sebagai tambahannya adalah memungkinkan data bisa diorganisir, interpretasi serta memungkinkan integrasi. Fungsi utama metadata antara lain :
- Membantu pencarian data, dengan cara :
- Memungkinkan data bisa ditemukan sesuai dengan criteria yang diinginkan.
- Mengidentifikasi sumber data.
- Mengumpulkan data yang sama.
- Membedakan data dengan sumber/informasi yang berbeda.
- Memberikan informasi lokasi data disimpan.
- Mengatur sumber data elektronik, sejalan dengan semakin besarnya jumlah data, semakin banyak data dalam suatu sistem informasi yang dibangun, maka diperlukan suatu sistem yang mampu mengatur data tersebut. Misalnya perkembangan dalam dunia internet, semakin banyak data html yang dibuat, harus dibarengi dengan bentuk pengelolaan data, sehingga data data diolah secara lebih cepat, efisien, dikelompokkan sesuai dengan kategori yang dibuat.
- Interoperability/Multi Sistem Operasi, dalam pengelolaan data lebih sering dilakukan bukan hanya satu jenis data dengan sistem yang berbeda operasinya. Pembangunan metadata dengan menggunakan protocol yang sama memungkinkan dilakukan manajemen data dari sistem yang berbeda. Salah satu bentuk protocol yang sering digunakan adalah protokal Z39.50 yang merupakan protocol lintas sistem operasi.
- Identifikasi secara digital, kebanyakan skema metadata menggunakan standar angka yang sifatnya unik untuk tujuan identifikasi. Lokasi dari suatu data dapat juga dibuat dalam suatu sistem penamaan, misalnya sistem URL (Uniform Resource Locator) merupakan suatu sistem penentuan lokasi yang mengacu pada data tertentu. Perubahan alamat data bisa membuat sistem pendataan invalid. Penentuan sistem penamaan, standarisasi memungkinkan obyek data dapat ditelusuri.
- Arsip dan perawatan, seringkali disebutkan bahwa data digital merupakan data yang rentan, bisa saja rusak, korup, atau terhapus. Perubahan sistem data, peralihan dari satu sistem operasi dapat membuat data rusak. Metadata menjadi kunci dalam sistem penyimpanan data, dengan mengetahui informasi mengenai suatu data, maka dapat dilakukan proses pengelompokan data, penyimpanan serta temu kembali data secara teratur.
Proses Metadata
Dalam ‘Processing’ pada perpustakaan digital diatas maka kita akan mengfokuskan pada Digital Library Application yang mana didalamnya terdapat meta data. Meta data tersebut digunakan untuk mendukung jalannya perpustakaan digital dan untuk lebih mengfokuskannya lagi maka kita akan membahas mengenai perpustakaan digital Ganesha Digital Library (GDL) dimana GDL bergabung dalam Jaringan Perpustakaan Digital Indonesia (Indonesian Digital Library Network, IndonesiaDLN). Yang mana IndonesiaDLN merupakan sebuah komunitas terbuka dan untuk menjaga interoperabilitasnya, dibuat sebuah Standard Metadata IndonesiaDLN. Sedangkan GDL adalah salah satu software digital library berbasis web, yang sudah mengikuti standard tersebut.
‘Processing’ pada Perputakaan Digital
Digital Library Application
S Digital Format Content
T
O Meta data
R
A XML User Interface
G
E Database
Dengan berbagai argument yang dipaparkan sebelumnya paper ini akan melihat dan mengfokuskan pada Meta Data yang Digunakan Pada Perpustakaan Digital Ganesha Digital Library (GDL)
SKEMA METADATA
Metadata dibuat berdasarkan suatu skema metadata, yaitu sekelompok unsur metadata beserta peraturan untuk menggunakannya, yang dirancang untuk suatu tujuan spesifik, misalnya untuk lingkungan tertentu atau untuk deskripsi sejenis sumber informasi tertentu.
Suatu skema metadata memiliki 3 aspek: (1) Semantik, (2) Isi, dan (3) Sintaksis.
1. Semantik (semantics),
yaitu definisi makna unsur-unsur skema bersangkutan. Tiap unsur diberi nama dan definisi. Biasanya disertai keterangan status unsur tersebut: apakah wajib (mandatory), pilihan (optional), atau wajib pada kondisi tertentu (mandatory if applicable). Juga disebutkan unsur mana boleh diulang (repeatable).
2. Isi (content),
yaitu peraturan untuk nilai unsur-unsur, atau peraturan untuk mengisi unsur skema. Semantik skema misalnya menentukan bahwa ada unsur yang diberi nama “Pengarang”, lalu peraturan untuk isi menetapkan kriteria untuk menentukan siapa yang “Pengarang” dan bagaimana nama orang terpilih harus dicantumkan. Apakah nama sesuai dengan bentuk yang ditemukan pada halaman judul buku? Atau menurut format tertentu, misalnya: Nama keluarga, Nama kecil? Atau bentuk nama berupa tajuk seragam yang diambil dari suatu daftar kendali tajuk nama (name authority list)? Apakah untuk subyek harus dipakai daftar tajuk subyek? Peraturan isi sangat penting karena membantu menjamin keseragaman dan konsistensi pengisian unsur-unsur, dan ini mempermudah tercapainya kecocokan atau match dalam proses temu kembali.
3. Sintaksis,
yaitu peraturan untuk encoding, yaitu bagaimana unsur-unsur skema itu dialihkan ke dalam bentuk machine-readable (terbacakan mesin), yaitu dapat dibaca dan diproses oleh komputer. Untuk itu biasanya digunakan SGML (Standard Generalized Mark-up Language) atau XML (Extensible Mark-up Language). XML, yang dikembangkan oleh W3C (World Wide Web Consortium), adalah suatu subset dari SGML. XML lebih mudah daripada SGML karena punya peraturan yang jelas dan konsisten, tidak begitu banyak feature dan pilihan yang justru bisa membuat bingung. Beberapa ciri lain yang menunjang popularitas XML sebagai sarana encoding ialah kebebasan untuk menetapkan sendiri tengara (tag) yang cocok serta human-readable, dan kemudahan dalam pertukaran data terstruktur. Maka bisa dikatakan bahwa XML telah menjadi standar de-facto untuk representasi metadata, khususnya untuk sumber-sumber internet (internet resources).
Dibawah ini akan kami tampilkan Contoh skema metadata (disusun menurut abjad) antara lain:
- CDWA (Categories for Descriptions of Works of Art): skema untuk deskripsi karya seni
- DCMES (Dublin Core Metadata Element Set): skema umum untuk deskripsi beraneka ragam sumber digital
- EAD (Encoded Archival Description): skema untuk menciptakan sarana temu kembali bahan kearsipan (archival finding aids) dalam bentuk elektronik.
- GEM (Gateway to Educational Materials): skema untuk bahan pendidikan dan pengajaran
- MARC (Machine Readable Cataloguing): skema yang digunakan di lingkungan perpustakaan sejak tahun 1960-an untuk membuat cantuman bibliografi elektronik standar
- METS (Metadata Encoding and Transmission Standard): skema metadata untuk obyek digital kompleks yang tersimpan dalam koleksi perpustakaan
- MODS (Metadata Object Description Standard): skema untuk deskripsi rinci sumber-sumber elektronik
- MPEG (Moving Pictures Experts Group) MPEG-7 dan MPEG-21: standar untuk rekaman audio dan video dalam bentuk digital
- ONIX (Online Information Exchange), untuk data bibliografi lingkungan penerbit dan pedagang buku
11. VRA (Visual Resources Association ) Core: skema untuk deskripsi karya visual dan representasinya
Skema metadata bisa bersifat khusus, artinya community specific atau domain-specific, misalnya CDWA, GEM, VRA, CSDGM, atau dirancang sebagai skema umum yang memperlancar cross-domain discovery, seperti DCMES.
MENCIPTAKAN METADATA YANG BAIK
Mengingat teramat pentingnya metadata, pembuatan metadata harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Banyak faktor yang ikut menentukan kualitas metadata. Panduan berikut mencakup prinsip-prinsip dari A Framework of Guidance for Building Good Digital Collections dari NISO (National Information Standards Organization dari Amerika Serikat) dan saran dari sumber-sumber lain:
- Pilihlah skema yang cocok untuk bahan dalam koleksi, pengguna koleksi, dan penggunaan, baik sekarang maupun di masa mendatang
- Buatlah sistem metadata dengan levels of control, demi efisiensi biaya, waktu dan tenaga. Dengan berkonsentrasi pada sumber penting saja, kualitas metadata lebih terjamin.
- Gunakan lebih dari satu skema bila perlu, misalnya MARC atau MODS untuk sumber-sumber yang paling penting, dan Dublin Core yang sederhana untuk yang kurang penting.
- Utamakan kebutuhan dan kemudahan pengguna. Skema yang sederhana mungkin lebih mudah bagi staf perpustakaan yang harus membuat metadata, tetapi pengguna dirugikan karena resource discovery menjadi kurang lancar, rumit, dan hasilnya mengecewakan.
- Jangan terkecoh oleh kemudahan semu. Skema sederhana belum tentu lebih mudah diaplikasikan daripada skema yang lebih kompleks. Untuk mengakomodasi data, pengatalog sering terpaksa membuat modifikasi atau perluasan lokal. Ini akan menghambat atau bahkan meniadakan interoperability
- Untuk memperlancar kerjasama dan menjamin interoperability dalam satu jaringan, susunlah suatu application profile bersama
- Skema terpilih harus menunjang interoperability semantik, struktural, dan sintaktik
- Skema untuk perpustakaan perguruan tinggi hendaknya menghasilkan metadata yang cukup granular (mendetil)
- Gunakan kosa kata terkendali yang standar, daftar pengendali (authority files) untuk nama orang, badan korporasi, dan unsur lain yang dijadikan titik temu (access point) yang dapat menjamin keseragaman dan konsistensi isi unsur-unsur
- Buatlah metadata yang mampu menunjang pengelolaan sumber digital berjangka panjang
- Cantuman berisi metadata merupakan sumber digital pula, dan sebab itu harus juga memenuhi syarat archivability, persistence, unique identification
- Manfaatkan sarana bantu untuk pembuatan metadata yang telah tersedia, misalnya: templates, mark-up tools, extraction tools, conversion tools
- Susunlah panduan penyusunan metadata yang menjelaskan How –What – Where – When – Why bagi staf agar kebijaksanaan yang telah ditetapkan dilaksanakan dengan taat azas
- Laksanakan quality control metadata secara teratur
- Metadata untuk koleksi perpustakaan digital perguruan tinggi sebaiknya dibuat oleh staf profesional yang dididik, dilatih, dan di-retool secara bersinambungan
- Perpustakaan perguruan tinggi di masa mendatang sebaiknya menunjuk seorang staf profesional untuk bertindak sebagai “metadata manager” atau “metadata integrator” yang bertanggung jawab atas proses seamless access di perpustakaan tempat ia bekerja
INDOMARC
Machine Readable Cataloging (MARC) merupakan salah satu hasil dan juga sekaligus salah satu syarat penulisan katalog koleksi bahan pustaka perpustakaan. Standar metadata katalog perpustakaan ini dikembangkan pertama kali oleh Library of Congress, format LC MARC ternyata sangat besar manfaatnya bagi penyebaran data katalogisasi bahan pustaka ke berbagai perpustakaan di Amerika Serikat. Keberhasilan ini membuat negara lain turut mengembangkan format MARC sejenis bagi kepentingan nasionalnya masing-masing.
Format INDOMARC merupakan implementasi dari International Standard Organization (ISO) Format ISO 2719 untuk Indonesia, sebuah format untuk tukar-menukar informasi bibliografi melalui format digital atau media yang terbacakan mesin (machine-readable) lainnya. Informasi bibliografi biasanya mencakup pengarang, judul, subyek, catatan, data penerbitan dan deskripsi fisik.
Indomarc menguraikan format cantuman bibliografi yang sangat lengkap terdiri dari 700 elemen dan dapat mendeskripsikan dengan baik kebanyakan objek fisik sumber pengetahuan, seperti jenis monograf (BK), manuskrip (AM), dan terbitan berseri (SE) termasuk; Buku Pamflet, Lembar tercetak, Atlas, Skripsi, tesis dan disertasi (baik diterbitkan ataupun tidak), dan Jurnal Buku Langka.
Dublin Core
Dublin Core merupakan salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery. Gagasan membuat standar baru agaknya dipengaruhi oleh rasa kurang puas dengan standar MARC yang dianggap terlalu banyak unsurnya dan beberapa istilah yang hanya dimengerti oleh pustakawan serta kurang bisa digunakan untuk sumber informasi dalam web. Elemen Dublin Core dan MARC intinya bisa saling dikonversi.
Metadata Dublin Core memiliki beberapa kekhususan sebagai berikut:
a. Memiliki deskripsi yang sangat sederhana
b. Semantik atau arti kata yang mudah dikenali secara umum.
c. Expandable memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Dublin Core terdiri dari 15 unsur yaitu :
- Title : judul dari sumber informasi
- Creator : pencipta sumber informasi
- Subject : pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor klasifikasi
- Description : keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian
- Publisher : orang atau badan yang mempublikasikan sumber informasi
- Contributor : orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi
- Date : tanggal penciptaan sumber informasi
- Type : jenis sumber informasi, nover, laporan, peta dan sebagainya
- Format : bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber informasi
- Identifier : nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasian sumber informasi. Contoh URL, alamat situs
- Source : rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi
- Language : bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi
- Relation : hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya.
- Coverage : cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu
- Rights : pemilik hak cipta sumber informasi
Tujuan Dublin Core
Bagi “pengatalog tradisional” yang melaksanakan tugasnya berdasarkan standar-standar baku dan teruji seperti AACR, daftar-daftar tajuk subyek atau tesaurus, daftar pengendali untuk nama (name authority files), dan lain sebagainya, Dublin Core, khususnya versi Unqualified, kurang memuaskan. Kelompok pakar yang menjadi pelopor dan pendukung yang berkarya terus lewat DCMI, menerima kritik terhadap skema Dublin Core, namun mereka mengingatkan bahwa Dublin Core punya tujuan (goals) tertentu, dan penilaian terhadap skema ini dan produknya (metadata) seharusnya dilakukan dengan memperhitungkan tujuan-tujuan ini. Tujuan Dublin Core ialah:
- Kesederhanaan dalam menciptakan dan memelihara metadata. Skema diupayakan tetap ringkas dan sesederhana mungkin agar seorang yang bukan ahli dapat membuat cantuman sederhana untuk sumber daya informasi dengan mudah dan murah, tetapi sekaligus cukup efektif untuk temu kembali
- Semantik yang bisa diterima dan dimengerti secara luas. Menemukan informasi relevan di belantara internet sering terhambat oleh perbedaan dalam terminologi dan deskripsi antar bidang. Dublin Core membantu “turis digital” -- penelusur awam atau non-profesional – dengan menggunakan sekelompok unsur yang maknanya sudah dikenal luas dan mudah difahami. Unsur “creator” misalnya, dapat diterima dan dimengerti oleh ilmuwan, peneliti, maupun penggubah atau artis.
- Cakupan internasional. Skema Dublin Core asli disusun dan dikembangkan dalam bahasa Inggris, tapi versi bahasa asing tumbuh dan berkembang dengan pesat. Contoh: Bahasa Finlandia, Norwegia, Thai, Jepang, Perancis, Portugis, Jerman, Yunani, Indonesia , dan Spanyol. DCMI Localization and Internationalization Special Interest Group mengkoordinasikan upaya untuk menghubung-hubungkan versi-versi ini lewat suatu sarana registrasi. Keikutsertaan wakil-wakil dari berbagai penjuru dunia menjamin bahwa perkembangan selanjutnya akan sesuai dengan sifat multilingual dan multikultural dunia informasi elektronik
- Perluasan. Meskipun kesederhanaan penting dan perlu dipertahankan, kebutuhan akan temu kembali yang tepat juga harus diperhatikan. Pengelola Dublin Core melihat bahwa perlu ada mekanisme yang memungkinkan perluasan kelompok unsur Dublin Core sesuai dengn kebutuhan yang timbul di lapangan. Komunitas lain menciptakan skema metadata yang cocok untuk kebutuhan komunitas mereka. Unsur-unsur metadata dari skema ini dapat digunakan berbarengan dengan metadata Dublin Core untuk menunjang interoperability.
Sumber :
https://211093awan.wordpress.com/2013/07/04/tugas-keempat-softskills-semester-4-web-content-structure-web-analysis-web/
http://zero-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-68832-Digilib-Digilib:%20Metadata.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar