WEB CONTENT
Media
Dalam produksi media dan penerbitan, konten informasi dan pengalama
dapat memberikan nilai bagi end-user/audience dalam konteks tertentu.
Konten dapat disampaikan melalui media apapun seperti internet,
televisi, dan CD audio, serta acara live seperti konferensi dan
pertunjukan panggung. Konten (media) digunakan untuk mengidentifikasi
dan menilai berbagai format dan genre informasi yang dikelola sebagai
nilai tambah, dan media komponen berguna untuk target audiens. Produksi
media dan teknologi pengiriman berpotensi meningkatkan nilai konten
dengan format, penyaringan dan menggabungkan sumber-sumber asli konten
untuk hal yang baru dengan konteks yang baru. Kurang penekanan pada
nilai dari konten yang disimpan, dan lebih menekankan pada repurposing
cepat, pemakaian ulang, dan pemindahan telah menyebabkan banyak penerbit
dan produser media melihat fungsi utama mereka kurang mempunyai banyak
pembuat/pencipta dan lebih sebagai transformer dari konten.
Standard
Standar Web merupakan suatu keharusan, standar non-proprietary dan
spesifikasi teknis lainnya yang mendefinisikan dan menggambarkan aspek
dari World Wide Web. Dalam beberapa tahun terakhir, istilah ini telah
lebih sering dikaitkan dengan kecenderungan untuk membangun situs web,
dan filosofi desain web dan pengembangan yang meliputi metode-metode.
Standar web satu sama lain saling tergantung, beberapa di antaranya
mengatur aspek internet, bukan hanya World Wide Web (Sebuah Situs).
Bahkan ketika web tidak terpantau, standar tersebut secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi perkembangan dan administrasi situs web dan
layanan web. Pertimbangannya adalah interoperabilitas, aksesibilitas
dan kegunaan dari halaman web dan situs web.
Standar web, dalam arti yang lebih luas, terdiri dari:
- Recommendations published by the World Wide Web Consortium (W3C)
- Internet standard (STD) documents published by the Internet Engineering Task Force (IETF)
- Request for Comments (RFC) documents published by the Internet Engineering Task Force
- Standards published by the International Organization for Standardization (ISO)
- Standards published by Ecma International (formerly ECMA)
- The Unicode Standard and various Unicode Technical Reports (UTRs) published by the Unicode Consortium
- Name and number registries maintained by the Internet Assigned Numbers Authority (IANA)
Standar web bukanlah merupakan aturan, tetapi terus berkembang dan
disesuaikan dengan teknologi web. Standar web yang dikembangkan oleh
suatu organisasi sering bersaing kadang disewakan oleh teknologi yang
tidak sesuai dengan standarisasi publik dan dinyatakan sebagai standar
oleh satu individu atau perusahaan.
BAHASA DALAM WEB
Dalam sebuah web kita memerlukan sebuah bahasa pemrograman.
Sekarang kita bisa dengan mudah membuat suatu website yang geratis
atau dengan membayar. Sebenarnya apakah fungsi dari website itu sendiri?
Website dapat digunakan untuk mengeshare berbagai ilmu dan pengetahuan
sehingga banyak orang dapat mengetahuinya.
Banyak bahasa pemrograman seperti HTML, joomla, java, bahasa C, C++, PHP, dll.
Tapi PHP mempunyai kelebihan dari bahasa pemograman yang lainnya yang diantaranya :
• Bahasa pemrograman PHP adalah sebuah bahasa script yang tidak melakukan sebuah kompilasi dalam penggunaanya.
• Web Server yang mendukung PHP dapat ditemukan dimana – mana dari
mulai apache, IIS, Lighttpd, nginx, hingga Xitami dengan konfigurasi
yang relatif mudah.
• Dalam sisi pengembangan lebih mudah, karena banyaknya milis – milis dan developer yang siap membantu dalam pengembangan.
• Dalam sisi pemahamanan, PHP adalah bahasa scripting yang paling mudah karena memiliki referensi yang banyak.
• PHP adalah bahasa open source yang dapat digunakan di berbagai
mesin (Linux, Unix, Macintosh, Windows) dan dapat dijalankan secara
runtime melalui console serta juga dapat menjalankan perintah-perintah
system
KEBERAGAMAN BUDAYA
Kemajuan IPTEK yang begitu pesat pada saat ini, memiliki banyak
sekali pengaruk bagi kebudayaan yaitu salah satunya Bergesernya
Nilai-nilai Budaya.Bangsa kita adalah bangsa yang besar, maksudnya
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai budayanya, mungkin
itu adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan begitu beragamnya
budaya orang Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Beribu – ribu
pulau, suku, bahasa, adat, membuat Indonesia menjadi salah satu daya
tarik dan Negara yang paling kaya dipandang dari budayanya. Secara
matematis kita tidak dapat menghitung betapa melimpahnya kekayaan budaya
kita
Dipandang dari adatnya ke-Timuran-nya maka Indonesia sangat berbeda
dengan daerah yang ada di Barat, rata – rata orang Timur sangat
menjunjung tinggi nilai – nilai budayanya sendiri sebagai aset untuk
melestarikan daerah dan budayanya secara turun – temurun. Nilai – nilai
budaya yang secara turun – temurun yang dimaksud adalah Sopan, Santun,
Taat, Menghormati, Menghargai, Menjunjung Tinggi Adat, Tata Krama
Pergaulan, dan lainnya yang menjadi ciri khas orang Indonesia. Kebiasaan
mengalah, menghargai jasa orang lain, menghormati hak milik orang
merupakan gambaran betapa orang Indonesia merupakan bangsa yang sangat
menjunjung tinggi budayanya. Bagi orang Indonesia budaya adalah jembatan
menuju kesuksesan, budaya adalah tempat untuk mencari solusi jika
terdapat permasalahan, budaya adalah harta yang tak ternilai harganya.
Perubahan dalam hidup boleh terjadi akan budaya dengan nilainya yang
tak terhingga akan tetap menjadi simbol bagi orang Indonesia dalam
kehidupannya. Terbukti walaupun kemajuan begitu pesat saat ini akan
tetapi dalam setiap kesempatan tetaplah budaya dikedepankan dalam setiap
kegiatan yang dilaksanakan.
Pada prinsipnya setiap perkembangan dan kemajuan dalam segi apapun baik
adanya, setiap manusia menginginkan perubahan pun demikian dalam konteks
kehidupan bermasyarakat.
Dari sekian banyak bidang ada dan berpacu untuk kemajuan salah
satunya adalah bidang teknologi, yang menghadirkan perubahan dan
kemajuan untuk selanjutnya digunakan oleh manusia. Beragam teknologi
yang diciptakan memungkinkan manusia untuk bebas memilih apa yang
diinginkan.
Perkembangan teknologi seperti yang sudah tersaji diatas tentu membawa
perubahan yang begitu baik dan pesat dalam kehidupan manusia.
Perkembangan itu baik adanya jika sesuai dengan apa yang diharapkan.
Bagaimana jika perkembangan teknologi membawa pengaruh negatif dalam
hidup manusia ? apakah pengaruh negatif dari teknologi mempengaruhi
pergeseran nilai – nilai budaya dalam kehidupan manusia ? Kedua
pertanyaan ini menjadi wajar apabila kita perhatikan dengan seksama
dampak dari kemajuan saat ini.
Tidak dipungkiri bahwa perkembangan teknologi saat ini juga membawa
pengaruh yang kurang baik atau negatif dalam kehidupan manusia.
Kehadiran tekologi yang sedemikian canggih membuat masyarakat umum
mempunyai begitu banyak pilihan untuk memilih apa yang dikehendakinya.
Pertanyaan kedua apakah pengaruh negatif teknologi mempengaruhi
bergesernya nilai – nilai budaya dalam masyarakat, jawabannya iya.
Teknologi diciptakan oleh manusia untuk dapat memenuhi kebutuan manusia
itu sendiri, akan tetapi pada perkembangan selanjutnya justru teknologi
tersebut disalah gunakan. Misalnya lewat teknologi internet atau dunia
maya orang akan semakin mudah mengakses situs – situs porno yang justru
itu datang dari kaum muda, hal ini tentu membuat pergeseran norma
asusila dalam hidup kaum muda tersebut. Ini menjadi satu contoh dari
sekian banyak contoh yang ada dalam kehidupan sehari hari masyarakat.
Contoh lain adalah dampak teknologi adalah dalam bidang militer,
berpuluh – puluh macam senjata dicipatakan untuk membunuh manusia,
kemana larinya budaya untuk saling menolong, menghargai sesama manusia
kalau teknologi yang diciptakan justru dipakai untuk membunuh manusia
sendiri. Yang paling hangat dalam ingatan kita tentunya kasus penculikan
dan perkosaan yang dilakukan oleh pelajar beberapa waktu lalu yang
justru dilakukan setelah pada mulanya berkenalan lewat media teknologi
jejaring sosial online facebook. Dengan begitu mudahnya orang dapat
mengakses informasi diri dan menyebarluaskan kepada sesama teman,
akibatnya prostitusi pun dapat dilakukan lewat dunia maya ini yang
justru merupakan efek dari perkembangan teknologi modern. Dan masih
banyak lagi contoh betapa perkembangan teknologi yang begitu canggih
justru disalah gunakan mengakibatkan bergesernya nilai – nilai budaya
umat manusia itu sendiri.
Dalam upaya mempertahankan nilai nilai budaya dalam lingkungan
masyarakat tentunya dibutuhkan kerja yang eksta, mengingat bahwa nilai –
nilai budaya dalam masyarakat menentukan pula perkembangan kehidupan
sosial masyarakat itu sendiri. Mereka yang mampu bertahan di tengah
kehidupan teknologi yang semakin canggih tentunya akan mendapatkan
kehidupan yang diinginkan, demikian sebaliknya.
Bagaimana upaya mempertahankan nilai – nilai budaya dalam kehidupan
masyarakat ? ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam
upaya membentengi diri dari arus negatif teknologi. Beberapa hal
tersebut antara lain :
1. Memperkenalkan pentingya nilai – nilai budaya kepada anak sejak usia dini
2. Memberikan pemahaman kepada anak, masyarakat dan elemen lainnya betapa vitalnya nilai – nilai budaya terhadap kehidupan
3. Memberikan batasan terhadap hal yang bersifat negatif yang masuk dalam hidup dan kehidupan suatu masyarakat
4. Menjadikan nilai – nilai budaya sebagai ujung tombak dari norma kehidupan keluarga dan masyarakat
5. Menjunjung tinggi nilai – nilai budaya
6. Memandang teknologi dengan segala kemajuan dan perubahannya dalam arti yang positif
7. Menggunakan fasilitas kemajuan teknologi untuk hal yang baik dan positif
8. Sebagai orang tua wajib untuk memberikan pengawasan ekstra kepada
anak, baik dalam penggunaan teknologi atau pergaulan sehari-hari.
Memang dalam penerapannya terkadang sulit untuk mengikuti keinginan
dibanding kata hati, akan tetapi untuk hidup yang lebih baik kita
dituntut untuk melakukan perubahan dalam hidup kita.
Setinggi apapun kemajuan teknologi yang ditawarkan kepada kita akan
tetapi kita salah menggunakannya tentu akan membuat hidup kita menjadi
salah jalan, justru teknologi tersebut akan menyesatkan hidup kita
sehingga nilai – nilai budaya hidup kita tidak lagi sesuai dengan yang
kita harapkan, akhirnya ada yang harus dikorbankan dari kejadian
tersebut.
Semuanya berpulang kembali kepada kita manusia sebagai makluk sosial,
apakah teknologi yang sedemikian canggih ini dapat kita maksimalkan
penggunaannya atau justru perkembangan teknologi yang menyeret kita pada
hancurnya kebudayaan kita ? kita semualah yang akan menjawabnya.
Model Generatif (GENERATIVE MODEL)
Secara tradisional, objek 3D dan dunia virtual ditentukan oleh daftar
geometris yang terdahulu : kubus dan bola di bentukan CSG, NURBS patch,
satu set fungsi implisit, segitiga, atau hanya dengan sebuah titik.
Istilah ‘generatif model’ menjelaskan perubahan paradigma dalam
deskripsi bentuk, generalisasi dari objek yang dioperasikan : sebuah
bentuk digambarkan oleh urutan langkah-langkah pengolahan, bukan hanya
hasil akhir dari penerapan operasi. Desain bentuk menjadi desain aturan.
Desain bentuk menjadi desain aturan. Pendekatan ini sangat umum dan
dapat diterapkan pada setiap representasi bentuk yang menyediakan satu
set untuk menghasilkan sebuah fungsi, ‘operator bentuk dasar’
(elementary shape functions) . Efektivitasnya telah dibuktikan,
misalnya, di bidang pembuatan grid , dengan operator Euler sebagai
pelengkapnya dan penutup set yang menghasilkan fungsi untuk sebuah
perangkap dan beroperasi pada tingkat halfedge.
Contoh Generative Model :
Pemodelan generatif mempunyai keuntungan yang efisiensi untuk
menciptakan bentuk-operator tingkat tinggi
dari operator bentuk tingkat
rendah. Setiap urutan langkah-langkah pengolahan dapat dikelompokkan
secara bersama-sama untuk menciptakan ‘operator gabungan’ yang baru. Ini
mungkin menggunakan operator dasar serta operator gabungan lainnya.
Nilai yang konkret dapat dengan mudah diganti dengan parameter, yang
memungkinkan untuk memisahkan data dari suatu operasi: Urutan pemrosesan
yang sama dapat diterapkan pada set data input yang berbeda. Data yang
sama dapat digunakan untuk menghasilkan bentuk yang berbeda dengan
menerapkan operator gabungan yang berbeda, misalnya, sebuah perpustakaan
operator dengan model domain-dependen. Hal ini memungkinkan untuk
membuat objek yang sangat kompleks dari beberapa parameter input tingkat
tinggi, seperti misalnya sebuah perpustakaan (library style).
Generatif bahasa pemodelan GML adalah implementasi konkret dari
pendekatan generatif. Fitur utamanya adalah penuh dengan bahasa
pemrograman yang fungsional namun tetap dapat digunakan secara efisien
sebagai format file untuk deskripsi tingkat rendah.
Rhetorical Web
Rhetorical Web adalah fitur yang signifikan dari WWW , bahwa
hiperlink bisa mengoperasikan secara semantik dan navigational . Di sisi
lain , tautan (link) menyarankan asosiasi yang berarti antara halaman
web dan isi dari halaman web , dan bisa memfasilitasi ciptaan tropis
(tropic creation) yang berguna . Tautan dan asosiasi ini dapat dibaca
secara kritis , disarankan tentang cara berfikir hubungan antara halaman
suatu web dan isi halaman suatu web yang dimaksud atau tidaknya oleh si
pembuat (author).
Disisi lain, hiperlink juga merupakan jalan navigational : suatu
tempat yang memiliki pergerakan dari satu halaman ke halaman lainnya.
Dalam konteks ini, banyak pertanyaan yang dapat muncul tentang bagaimana
suatu link dapat memfasilitasi atau menghalangi suatu pergerakan:
sebagai contoh, bagaimana sebuah perangkat lunak menyaring atau
memblocking suatu akses ke situs tertentu, secara langsung juga
memblokir akses ke situs lain yang terhubung dengannya (situs yang
diblokir), termasuk situs yang bisa diakses melalui situs yang sudah
diblokir. Masalah akses, masalah dorongan implisit beserta jalan
tertentu dan tarikan terhadap yang lainnya, masalah dari penanda suatu
tempat yang membantu pengguna mengetahui dimana mereka saat di web
space, sebagai lawan mereka yang cenderung untuk membiarkan mereka
tersesat, semua hal penting dari desain bukan hanya karena mereka dapat
melemahkan atau mencegah pengguna (khususnya pengguna pemula), tetapi
juga karena mereka menentukan jalan penemuan yang difasilitasi atau
tertutup.
Contoh Rhetorical Web:
Web Annotations
Tagging
Tagging adalah kata yang belum lama dilahirkan. Dahulu sebelum ada
tagging, dunia informasi yang ada di internet berserakan dan tidak
tersusun berdasarkan kategorinya.
Hal itu bagaikan, perpustakaan tanpa ada pengurusnya atau pustakawan.
Nah sekarang dengan adanya tagging, para pengguna internet diminta
saling membantu untuk menyusun informasi berdasarkan kategori,
popularitas dan kesukaannya, termasuk juga berita-berita terkini.
Google pun diam-diam sudah memasukkan sistem tag, semacam fitur
bookmark ke dalam my Search History, hal ini memungkinkan Anda melakukan
tagging dan menaruh komentar ke setiap situs web yang Anda kunjungi.
METADATA
Pengertian Metadata
Metadata adalah informasi terstruktur yang menjelaskan, menjelaskan,
menempatkan, atau membuatnya lebih mudah dalam mengambil, menggunakan
maupunmengelola
sebuah sumber informasi. Metadata sering disebut
data tentang data atau informasi tentang informasi. Istilah metadata
digunakan berbeda dalam komunitas yang berbeda.
Beberapa
menggunakannya untuk merujuk kepada mesin informasi dimengerti,
sementara orang lain menggunakannya hanya untuk mencatat bahwa
menggambarkan sumber daya elektronik. Di lingkungan perpustakaan,
metadata umumnya digunakan untuk deskripsi formal skema sumber daya,
yang berlaku untuk semua jenis objek, digital
atau non-digital.
Katalogisasi perpustakaan tradisional adalah bentuk metadata; MARC 21
dan aturan set yang digunakannya, seperti AACR2, adalah standar
metadata. Skema metadata lainnya telah dikembangkan dalam menggambarkan
berbagai jenis obyek tekstual dan non-tekstual termasuk buku yang
diterbitkan, dokumen elektronik, arsip dalam mencari bantuan, benda
seni, pendidikan dan materi pelatihan dan serangkaian data ilmiah.
Ada tiga jenis utama metadata:
- Metadata deskriptif; menggambarkan sumber daya untuk tujuan
seperti penemuan dan identifikasi. Hal itu dapat mencakup unsur-unsur
seperti judul, abstrak, pengarang, dan kata kunci.
- Metadata struktural; metadata ini menggolongkan secara
terstruktur jenis isi informasi dimana diletakkan bersama-sama pada satu
kelompok, misalnya, seberapa halaman dalam membentuk bab.
- Administrative metadata; metadata ini menyediakan informasi yang membantu
mengelola sumber daya, seperti kapan dan bagaimana diciptakan, file
jenis dan informasi teknis lainnya serta siapa yang dapat mengaksesnya.
Ada beberapa subset administrasi data, dua hal yang kadang-kadang
terdaftar secara terpisah
jenis metadatanya adalah:
- Rights management metadata, yang berkaitan dengan hak kekayaan intelektual.
- Preservation metadata, Pelestarian metadata yang berisi informasi yang dibutuhkan untuk arsip dan mempertahankan sumber daya.
Metadata dapat menggambarkan sumber daya pada setiap tingkat
agregasi. Hal ini dapat menggambarkan koleksi, tunggal sumber daya, atau
sebagian komponen dari sumber daya yang lebih besar (misalnya, foto di
artikel). Sama seperti para pembuat catalog (
catalogers) yang
membuat keputusan tentang apakah catatan harus catalog dibuat untuk
seluruh set volume atau untuk setiap volume tertentu yang ditetapkan,
sehingga menjadikan keputusan pembuat metadata yang sama. Metadata juga
dapat
digunakan untuk deskripsi di tingkat manapun model informasi yang tercantum dalam
yang IFLA (International Federation of Library Associations and Institutions)
Functional Requirements for Bibliographic Records:
kerja, ekspresi, manifestasi, atau itemnya. Sebagai contoh, sebuah
metadata catatan bisa menggambarkan laporan, edisi khusus laporan, atau
copy spesifik dari edisi laporan.
Metadata dapat ditanamkan dalam objek digital atau dapat disimpan
secara terpisah. Metadata sering tertanam dalam dokumen HTML dan dalam
header dari file gambar. Menyimpan metadata dengan obyek tersebut
menggambarkan menjamin metadata akantidak hilang, menyingkirkan masalah
menghubungkan antara data dan metadata, dan membantu memastikan bahwa
metadata dan objek akan diperbarui bersama-sama. Bagaimanapun, adalah
mustahil untuk menanamkan metadata dalam beberapa jenis objek (Misalnya,
artefak). Juga, menyimpan metadata secara terpisah dapat
menyederhanakan pengelolaan metadata itu sendiri dan memudahkan
pencarian dan pengambilan. Oleh karena itu, metadata biasanya disimpan
dalam sistem database dan erkait dengan objek dijelaskan.
Bagaimana Metadata bekerja?
Sebuah alasan penting untuk membuat metadata deskriptif adalah untuk memfasilitasi
penemuan informasi yang relevan. Selain penemuan sumber daya, metadata
dapat membantu mengatur sumber daya elektronik, memfasilitasi
interoperabilitas dan sumber daya warisan integrasi, menyediakan
identifikasi digital, dan dukungan pengarsipan
dan pelestariannya.
a. Penemuan Sumberdaya
Metadata melayani fungsi yang sama dalam penemuan sumber daya dalam katalogisasi yang teratur seperti:
- Memungkinkan sumber daya dapat ditemukan dengan kriteria yang relevan;
- Mengidentifikasi sumber daya;
- Membawa sumber daya yang sama secara bersama-sama;
- Membedakan sumber daya berbeda;
- Memberikan informasi lokasi
b. Pengorganisasian Sumber Daya Elektronik
Karena jumlah sumber daya yang berbasis Web tumbuh secara
eksponensial, situs atau portal yang semakin berguna dalam mengorganisir
link ke sumber daya berdasarkan penonton atau topik. daftar tersebut
dapat dibangun sebagai halaman Web statis, dengan nama dan lokasi
dari sumber daya "hardcoded" di HTML. Namun, lebih efisien dan semakin
lebih umum dalam membangun halaman-halaman dinamis dari metadata
disimpan dalam database. Berbagai perangkat lunak dapat digunakan untuk
secara otomatis ekstrak dan memformat informasi untuk Web aplikasi.
Istilah metadata digunakan secara berbeda oleh institusi atau
pengguna yang berbeda, ada yang menekankan pada pengenalan
komputer/sistem atas data tetapi ada juga yang menekankan pada catatan
yang menjelaskan data tersebut. Dalam manajemen perpustakaan metadata
secara formal merupakan sebuah skema atau sumber penjelasan yang
menggambarkan tipe dari obyek digital atau non digital. Katalog
perpustakaan tradisional merupakan salah satu bentuk dari metadata.
Ada banyak yang bisa dilakukan dengan metadata, metadata dibangun
sesuai dengan tujuannya. Tujuan umum pembangunan metadata adalah untuk
memberikan penjelasan yang memungkinkan proses mencarian data bisa
dilakukan. Sebagai tambahannya adalah memungkinkan data bisa
diorganisir, interpretasi serta memungkinkan integrasi. Fungsi utama
metadata antara lain :
- Membantu pencarian data, dengan cara :
- Memungkinkan data bisa ditemukan sesuai dengan criteria yang diinginkan.
- Mengidentifikasi sumber data.
- Mengumpulkan data yang sama.
- Membedakan data dengan sumber/informasi yang berbeda.
- Memberikan informasi lokasi data disimpan.
- Mengatur sumber data elektronik, sejalan dengan semakin besarnya
jumlah data, semakin banyak data dalam suatu sistem informasi yang
dibangun, maka diperlukan suatu sistem yang mampu mengatur data
tersebut. Misalnya perkembangan dalam dunia internet, semakin banyak
data html yang dibuat, harus dibarengi dengan bentuk pengelolaan data,
sehingga data data diolah secara lebih cepat, efisien, dikelompokkan
sesuai dengan kategori yang dibuat.
- Interoperability/Multi Sistem Operasi, dalam pengelolaan data lebih
sering dilakukan bukan hanya satu jenis data dengan sistem yang berbeda
operasinya. Pembangunan metadata dengan menggunakan protocol yang sama
memungkinkan dilakukan manajemen data dari sistem yang berbeda. Salah
satu bentuk protocol yang sering digunakan adalah protokal Z39.50 yang
merupakan protocol lintas sistem operasi.
- Identifikasi secara digital, kebanyakan skema metadata menggunakan
standar angka yang sifatnya unik untuk tujuan identifikasi. Lokasi dari
suatu data dapat juga dibuat dalam suatu sistem penamaan, misalnya
sistem URL (Uniform Resource Locator) merupakan suatu sistem penentuan
lokasi yang mengacu pada data tertentu. Perubahan alamat data bisa
membuat sistem pendataan invalid. Penentuan sistem penamaan,
standarisasi memungkinkan obyek data dapat ditelusuri.
- Arsip dan perawatan, seringkali disebutkan bahwa data digital
merupakan data yang rentan, bisa saja rusak, korup, atau terhapus.
Perubahan sistem data, peralihan dari satu sistem operasi dapat membuat
data rusak. Metadata menjadi kunci dalam sistem penyimpanan data, dengan
mengetahui informasi mengenai suatu data, maka dapat dilakukan proses
pengelompokan data, penyimpanan serta temu kembali data secara teratur.
Melihat ciri-ciri metadata, dapat disimpulkan bahwa metadata adalah
istilah baru tetapi bukan konsep yang 100% baru. Suatu kartu katalog
atau entri dalam bibliografi adalah metadata, cantuman bibliografi
berformat MARC adalah metadata, begitu pula suatu
finding aid
bahan kearsipan yang disusun sesuai EAD (Encoded Archival Description).
Memang sejak dulu pustakawan dan arsiparis, dan juga kurator museum,
telah menciptakan apa yang sekarang disebut metadata untuk memungkinkan
pengelolaan dan temu kembali berbagai obyek warisan budaya yang
dipercayakan pada mereka. Yang baru adalah bahwa kini beragam komunitas
mulai merasakan perlunya format yang terstruktur dan standar untuk data
yang mendeskripsikan obyek-obyek yang dikelola oleh mereka. Semua
komunitas, terutama pengelola dan pengolah informasi, sadar bahwa
semakin terstruktur data tentang dokumen atau artefak lain, semakin
bagus, karena struktur tersebut dapat digunakan untuk pengolahan,
penelusuran, dan interaksi dengan data yang lain. Munculnya
perpustakaan digital, dan proliferasi informasi di Internet dan WWW,
semakin memperbesar rasa urgensi untuk membuat standar atau skema
metadata (
metadata scheme) yang tidak saja cocok untuk
description dan
discovery sumber-sumber digital (
digital resources),
tetapi juga untuk keperluan lain seperti pengelolaan, pelestarian,
penilaian. Komunitas yang sibuk merancang format atau skema metadata
punya latar belakang dan profesi yang berbeda-beda, mencakup berbagai
disiplin ilmu, dan melibatkan praktisi dari berbagai bidang seperti
penerbit, perancang dan produsen media interaktif dan perangkat lunak,
ahli teknologi informasi. Jadi tidak terbatas pada lingkungan
perpustakaan, kearsipan, dan museum. Bahkan ketika istilah metadata
pada tahun 1990-an pertama-tama mulai digunakan dalam arti sekelompok
data yang mendeskripsikan suatu obyek, istilah ini digunakan untuk suatu
standar data geospatial, yaitu CSDGM (Content Standard for Digital
Geospatial Metadata).
Proses Metadata
Dalam ‘Processing’ pada perpustakaan digital diatas maka kita akan
mengfokuskan pada Digital Library Application yang mana didalamnya
terdapat meta data. Meta data tersebut digunakan untuk mendukung
jalannya perpustakaan digital dan untuk lebih mengfokuskannya lagi maka
kita akan membahas mengenai perpustakaan digital Ganesha Digital
Library (GDL) dimana GDL bergabung dalam Jaringan Perpustakaan Digital
Indonesia (Indonesian Digital Library Network, IndonesiaDLN). Yang mana
IndonesiaDLN merupakan sebuah komunitas terbuka dan untuk menjaga
interoperabilitasnya, dibuat sebuah
Standard Metadata IndonesiaDLN. Sedangkan GDL adalah salah satu software digital library berbasis web, yang sudah mengikuti standard tersebut.
‘Processing’ pada Perputakaan Digital
Digital Library Application
S Digital Format Content
T
O Meta data
R
A
XML
User Interface
G
E Database
Dengan berbagai argument yang dipaparkan sebelumnya paper ini akan melihat dan mengfokuskan pada
Meta Data yang Digunakan Pada Perpustakaan Digital Ganesha Digital Library (GDL)
SKEMA METADATA
Metadata dibuat berdasarkan suatu skema metadata, yaitu sekelompok
unsur metadata beserta peraturan untuk menggunakannya, yang dirancang
untuk suatu tujuan spesifik, misalnya untuk lingkungan tertentu atau
untuk deskripsi sejenis sumber informasi tertentu.
Suatu skema metadata memiliki 3 aspek: (1) Semantik, (2) Isi, dan (3) Sintaksis.
1. Semantik (semantics),
yaitu definisi makna unsur-unsur skema bersangkutan. Tiap unsur
diberi nama dan definisi. Biasanya disertai keterangan status unsur
tersebut: apakah wajib (
mandatory), pilihan (
optional), atau wajib pada kondisi tertentu (
mandatory if applicable). Juga disebutkan unsur mana boleh diulang (
repeatable).
2. Isi (content),
yaitu peraturan untuk nilai unsur-unsur, atau peraturan untuk
mengisi unsur skema. Semantik skema misalnya menentukan bahwa ada unsur
yang diberi nama “Pengarang”, lalu peraturan untuk isi menetapkan
kriteria untuk menentukan siapa yang “Pengarang” dan bagaimana nama
orang terpilih harus dicantumkan. Apakah nama sesuai dengan bentuk yang
ditemukan pada halaman judul buku? Atau menurut format tertentu,
misalnya: Nama keluarga, Nama kecil? Atau bentuk nama berupa tajuk
seragam yang diambil dari suatu daftar kendali tajuk nama (
name authority list)?
Apakah untuk subyek harus dipakai daftar tajuk subyek? Peraturan isi
sangat penting karena membantu menjamin keseragaman dan konsistensi
pengisian unsur-unsur, dan ini mempermudah tercapainya kecocokan atau
match dalam proses temu kembali.
3. Sintaksis,
yaitu peraturan untuk
encoding, yaitu bagaimana unsur-unsur skema itu dialihkan ke dalam bentuk
machine-readable (terbacakan
mesin), yaitu dapat dibaca dan diproses oleh komputer. Untuk itu
biasanya digunakan SGML (Standard Generalized Mark-up Language) atau XML
(Extensible Mark-up Language). XML, yang dikembangkan oleh W3C (World
Wide Web Consortium), adalah suatu
subset dari SGML. XML lebih mudah daripada SGML karena punya peraturan yang jelas dan konsisten, tidak begitu banyak
feature dan pilihan yang justru bisa membuat bingung. Beberapa ciri lain yang menunjang popularitas XML sebagai sarana
encoding ialah kebebasan untuk menetapkan sendiri tengara (
tag) yang cocok serta
human-readable, dan kemudahan dalam pertukaran data terstruktur. Maka bisa dikatakan bahwa XML telah menjadi standar
de-facto untuk representasi metadata, khususnya untuk sumber-sumber internet (
internet resources).
Dibawah ini akan kami tampilkan Contoh skema metadata (disusun menurut abjad) antara lain:
- CDWA (Categories for Descriptions of Works of Art): skema untuk deskripsi karya seni
- DCMES (Dublin Core Metadata Element Set): skema umum untuk deskripsi beraneka ragam sumber digital
- EAD (Encoded Archival Description): skema untuk menciptakan sarana temu kembali bahan kearsipan (archival finding aids) dalam bentuk elektronik.
- GEM (Gateway to Educational Materials): skema untuk bahan pendidikan dan pengajaran
- MARC (Machine Readable Cataloguing): skema yang digunakan di
lingkungan perpustakaan sejak tahun 1960-an untuk membuat cantuman
bibliografi elektronik standar
- METS (Metadata Encoding and Transmission Standard): skema metadata
untuk obyek digital kompleks yang tersimpan dalam koleksi perpustakaan
- MODS (Metadata Object Description Standard): skema untuk deskripsi rinci sumber-sumber elektronik
- MPEG (Moving Pictures Experts Group) MPEG-7 dan MPEG-21: standar untuk rekaman audio dan video dalam bentuk digital
- ONIX (Online Information Exchange), untuk data bibliografi lingkungan penerbit dan pedagang buku
10. TEI (Text Encoding Initiative): panduan untuk
encoding teks dalam bentuk elektronik menggunakan SGML dan XML, khususnya untuk kalangan peneliti teks bidang humaniora.
11. VRA (Visual Resources Association ) Core: skema untuk deskripsi karya visual dan representasinya
Skema metadata bisa bersifat khusus, artinya
community specific atau
domain-specific, misalnya CDWA, GEM, VRA, CSDGM, atau dirancang sebagai skema umum yang memperlancar
cross-domain discovery,
seperti DCMES.
MENCIPTAKAN METADATA YANG BAIK
Mengingat teramat pentingnya metadata, pembuatan metadata harus
dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Banyak faktor yang ikut menentukan
kualitas metadata. Panduan berikut mencakup prinsip-prinsip dari
A Framework of Guidance for Building Good Digital Collections dari
NISO (National Information Standards Organization dari Amerika Serikat) dan saran dari sumber-sumber lain:
- Pilihlah skema yang cocok untuk bahan dalam koleksi, pengguna koleksi, dan penggunaan, baik sekarang maupun di masa mendatang
- Buatlah sistem metadata dengan levels of control, demi efisiensi biaya, waktu dan tenaga. Dengan berkonsentrasi pada sumber penting saja, kualitas metadata lebih terjamin.
- Gunakan lebih dari satu skema bila perlu, misalnya MARC atau MODS
untuk sumber-sumber yang paling penting, dan Dublin Core yang sederhana
untuk yang kurang penting.
- Utamakan kebutuhan dan kemudahan pengguna. Skema yang sederhana
mungkin lebih mudah bagi staf perpustakaan yang harus membuat metadata,
tetapi pengguna dirugikan karena resource discovery menjadi kurang lancar, rumit, dan hasilnya mengecewakan.
- Jangan terkecoh oleh kemudahan semu. Skema sederhana belum tentu
lebih mudah diaplikasikan daripada skema yang lebih kompleks. Untuk
mengakomodasi data, pengatalog sering terpaksa membuat modifikasi atau
perluasan lokal. Ini akan menghambat atau bahkan meniadakan interoperability
- Untuk memperlancar kerjasama dan menjamin interoperability dalam satu jaringan, susunlah suatu application profile bersama
- Skema terpilih harus menunjang interoperability semantik, struktural, dan sintaktik
- Skema untuk perpustakaan perguruan tinggi hendaknya menghasilkan metadata yang cukup granular (mendetil)
- Gunakan kosa kata terkendali yang standar, daftar pengendali (authority files) untuk nama orang, badan korporasi, dan unsur lain yang dijadikan titik temu (access point) yang dapat menjamin keseragaman dan konsistensi isi unsur-unsur
- Buatlah metadata yang mampu menunjang pengelolaan sumber digital berjangka panjang
- Cantuman berisi metadata merupakan sumber digital pula, dan sebab itu harus juga memenuhi syarat archivability, persistence, unique identification
- Manfaatkan sarana bantu untuk pembuatan metadata yang telah tersedia, misalnya: templates, mark-up tools, extraction tools, conversion tools
- Susunlah panduan penyusunan metadata yang menjelaskan How –What – Where – When – Why bagi staf agar kebijaksanaan yang telah ditetapkan dilaksanakan dengan taat azas
- Laksanakan quality control metadata secara teratur
- Metadata untuk koleksi perpustakaan digital perguruan tinggi
sebaiknya dibuat oleh staf profesional yang dididik, dilatih, dan di-retool secara bersinambungan
- Perpustakaan perguruan tinggi di masa mendatang sebaiknya menunjuk seorang staf profesional untuk bertindak sebagai “metadata manager” atau “metadata integrator” yang bertanggung jawab atas proses seamless access di perpustakaan tempat ia bekerja
Metada yang biasa digunakan di perpustakaan adalah
Marc dan
Dublin Core. Untuk lebih jelasnya kita akan menguraikannya satu persatu.
INDOMARC
Machine Readable Cataloging (
MARC) merupakan salah
satu hasil dan juga sekaligus salah satu syarat penulisan katalog
koleksi bahan pustaka perpustakaan. Standar metadata katalog
perpustakaan ini dikembangkan pertama kali oleh
Library of Congress, format
LC MARC
ternyata sangat besar manfaatnya bagi penyebaran data katalogisasi
bahan pustaka ke berbagai perpustakaan di Amerika Serikat. Keberhasilan
ini membuat negara lain turut mengembangkan format MARC sejenis bagi
kepentingan nasionalnya masing-masing.
Format
INDOMARC merupakan implementasi dari
International Standard Organization (ISO)
Format ISO 2719 untuk Indonesia, sebuah format untuk tukar-menukar
informasi bibliografi melalui format digital atau media yang terbacakan
mesin (machine-readable) lainnya. Informasi bibliografi biasanya
mencakup pengarang, judul, subyek, catatan, data penerbitan dan
deskripsi fisik.
Indomarc menguraikan format cantuman bibliografi yang sangat lengkap
terdiri dari 700 elemen dan dapat mendeskripsikan dengan baik kebanyakan
objek fisik sumber pengetahuan, seperti jenis monograf (BK), manuskrip
(AM), dan terbitan berseri (SE) termasuk; Buku Pamflet, Lembar tercetak,
Atlas, Skripsi, tesis dan disertasi (baik diterbitkan ataupun tidak),
dan Jurnal Buku Langka.
Dublin Core
Dublin Core merupakan salah satu skema metadata yang digunakan untuk
web resource description and discovery.
Gagasan membuat standar baru agaknya dipengaruhi oleh rasa kurang puas
dengan standar MARC yang dianggap terlalu banyak unsurnya dan beberapa
istilah yang hanya dimengerti oleh pustakawan serta kurang bisa
digunakan untuk sumber informasi dalam
web. Elemen Dublin Core dan MARC intinya bisa saling dikonversi.
Metadata Dublin Core memiliki beberapa kekhususan sebagai berikut:
a. Memiliki deskripsi yang sangat sederhana
b. Semantik atau arti kata yang mudah dikenali secara umum.
c.
Expandable memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Dublin Core terdiri dari 15 unsur yaitu :
- Title : judul dari sumber informasi
- Creator : pencipta sumber informasi
- Subject : pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor klasifikasi
- Description : keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian
- Publisher : orang atau badan yang mempublikasikan sumber informasi
- Contributor : orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi
- Date : tanggal penciptaan sumber informasi
- Type : jenis sumber informasi, nover, laporan, peta dan sebagainya
- Format : bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi, sumber informasi
- Identifier : nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasian sumber informasi. Contoh URL, alamat situs
- Source : rujukan ke sumber asal suatu sumber informasi
- Language : bahasa yang intelektual yang digunakan sumber informasi
- Relation : hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya.
- Coverage : cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode waktu
- Rights : pemilik hak cipta sumber informasi
Tujuan Dublin Core
Bagi “pengatalog tradisional” yang melaksanakan tugasnya
berdasarkan standar-standar baku dan teruji seperti AACR, daftar-daftar
tajuk subyek atau tesaurus, daftar pengendali untuk nama (
name authority files),
dan lain sebagainya, Dublin Core, khususnya versi Unqualified, kurang
memuaskan. Kelompok pakar yang menjadi pelopor dan pendukung yang
berkarya terus lewat DCMI, menerima kritik terhadap skema Dublin Core,
namun mereka mengingatkan bahwa Dublin Core punya tujuan (
goals)
tertentu, dan penilaian terhadap skema ini dan produknya (metadata)
seharusnya dilakukan dengan memperhitungkan tujuan-tujuan ini. Tujuan
Dublin Core ialah:
- Kesederhanaan dalam menciptakan dan memelihara metadata. Skema
diupayakan tetap ringkas dan sesederhana mungkin agar seorang yang bukan
ahli dapat membuat cantuman sederhana untuk sumber daya informasi
dengan mudah dan murah, tetapi sekaligus cukup efektif untuk temu
kembali
- Semantik yang bisa diterima dan dimengerti secara luas. Menemukan
informasi relevan di belantara internet sering terhambat oleh perbedaan
dalam terminologi dan deskripsi antar bidang. Dublin Core membantu
“turis digital” -- penelusur awam atau non-profesional – dengan
menggunakan sekelompok unsur yang maknanya sudah dikenal luas dan mudah
difahami. Unsur “creator” misalnya, dapat diterima dan dimengerti oleh
ilmuwan, peneliti, maupun penggubah atau artis.
- Cakupan internasional. Skema Dublin Core asli disusun dan
dikembangkan dalam bahasa Inggris, tapi versi bahasa asing tumbuh dan
berkembang dengan pesat. Contoh: Bahasa Finlandia, Norwegia, Thai,
Jepang, Perancis, Portugis, Jerman, Yunani, Indonesia , dan Spanyol. DCMI Localization and Internationalization Special Interest Group
mengkoordinasikan upaya untuk menghubung-hubungkan versi-versi ini
lewat suatu sarana registrasi. Keikutsertaan wakil-wakil dari berbagai
penjuru dunia menjamin bahwa perkembangan selanjutnya akan sesuai dengan
sifat multilingual dan multikultural dunia informasi elektronik
- Perluasan. Meskipun kesederhanaan penting dan perlu dipertahankan,
kebutuhan akan temu kembali yang tepat juga harus diperhatikan.
Pengelola Dublin Core melihat bahwa perlu ada mekanisme yang
memungkinkan perluasan kelompok unsur Dublin Core sesuai dengn kebutuhan
yang timbul di lapangan. Komunitas lain menciptakan skema metadata yang
cocok untuk kebutuhan komunitas mereka. Unsur-unsur metadata dari skema
ini dapat digunakan berbarengan dengan metadata Dublin Core untuk
menunjang interoperability.
Dan untuk Meta Data yang Digunakan Pada Perpustakaan Digital Ganesha Digital Library (GDL)
menggunakan
Metadata
standard yang berbasis Dublin Core metadata standard. Hal ini membuka
peluang pertukaran informasi dengan sistem lain di internet yang juga
menggunakan Dublin Core. Dan seperti yang teruraikan diatas meta data
Dublin Core mempunyai banyak kelebihan atau kehususan dibandingkan
dengan meta data yang lain.
Sumber :
https://211093awan.wordpress.com/2013/07/04/tugas-keempat-softskills-semester-4-web-content-structure-web-analysis-web/
http://zero-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-68832-Digilib-Digilib:%20Metadata.html