Suku Madura ~ Suku bangsa ini mendiami Pulau Madura
dan sebagian pantai Jawa bagian timur. Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20.179.356 juta jiwa (sensus 2014). Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya Sebagian lain ada yang berdiam di kota-kota besar lain
di Indonesia. Bahasa mereka adalah bahasa Madura dengan dialek Kangean, Sumenep, Pamekasan, Bangkalan, Probolinggo, Bondowoso dan Situbondo. Bahasa Madura
juga mengenal tingkatan bahasa, yaitu bahasa kasar, menengah dan halus,
Bahasa kasar dipakai untuk komunikasi sehari-hari masyarakat.
Bahasa ~ Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan. Juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji,
orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya
untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai
tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).
Tulisan di atas hanya streotipe saja yang hanya dilakukan oleh
segelintir orang. Suku Madura memiliki aturan dan tatakrama yang sangat
kuat. Orang Madura sangat menghormati orang tua, guru, dan sebagainya.
Apalagi Madura Timur (Pamekasan dan Sumenep)yang dikenal halus gaya
bicaranya dan sangat sopan santun.
Agama dan Kepercayaan ~ Mayoritas masyarakat hampir 100 % suku Madura adalah penganut Islam
bahkan suku Madura yang tinggal di Madura bisa dikatakan 100 % muslim.
suku Madura terkenal sangat taat dalam beragama islam. Salah satu
sebabnya dengan adanya Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh pulau
madura. Misalnya Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, Pondok
Pesantren Darul Ulum Banyuanyar di Kabupaten Pamekasan, Pondok pesantren
AnnuqayahPondok Pesantren Annuqayah disingkat PPA pesantren yang
terletak di desa Guluk-Guluk, Pondok Pesantren Al-Amin di Sumenep dan
Pondok Pesantren, Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Pondok
Pesantren Attaraqqi Sampang, dan pesantren-pesantren lainnya dari yang
memiliki santri ribuan, ratusan, dan puluhan yang tersebar di Pulau
Madura. Pesantren-pesantren begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat
Madura karena pesantren tidak sekedar mengajar ilmu agama tapi juga
mempunyai kiprah dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan peduli pada
nasib rakyat kecil. Misalnya Pondok-Pesantren Sumber Mas yang terletak
di desa ter pencil Rombiya Barat Ganding Sumenep. Sekalipun jumlah
santri hanya berkisar ratusan, namun pesantren ini telah memiliki usaha
untuk memberdayakan para alumni dan masyarakat sekitar dengan program
simpan pinjam yang dimotori oleh BMT Sumber Mas, pembinaan peternak sapi
dan kambing, ayam petelor, usaha rental dan sebagainya.
Mata Pencaharian Utama Suku Madura ~ Mata pencaharian utama masyarakat Suku Madura adalah
bercocok tanam ketela, jagung, kacang hijau dan kacang tanah. Pekerjaan
lainnya adalah nelayan di sungai dan lautan. Pelaut Madura memang juga terkenal gigih dan terampil berlayar. Di Madura juga berkembang peternakan, sapi potong, sapi kerapan (pacuan), kuda, kambing, dan ayam.
Kekerabatan Dalam Suku Madura ~ Prinsip hubungan kekerabatan orang Madura umumnya adalah
bilateral. Khususnya golongan priayi (bangsawan), sebagian masih
menggunakan prinsip hubungan kekerabatan yang patrilineal sifat,
terutama nampak dalam hal pewarisan gelar pusaka yang disebut pancer
(garis keturunan lelaki saja). Unsur feodalisme masih terasa di daratan Madura.
Keluarga-keluarga inti yang satu keturunan biasanya membuat tempat
tinggal yang mengelompokkan di sautu wilayah yang mereka sebut koren,
dan biasanya tidak lebih dari sepuluh buah keluarga. Kelompok teritorial
genealogis ini ada yang terpencil letaknya dan dihuni oleh sampai dua
puluh keluarga dari sekitar lima generasi disebut kampong meji. Kampung
yang didiami oleh tiga generasi dengan jumlah rumah paling banyak lima
buah disebut pemengkang. Lalu kampung yang dihuni sekitar empat generasi
dan jumlah keluarganya bisa lebih dari dua puluh buah disebut tanean
lanjeng.
Kemasyarakatan Dalam Suku Madura ~ Setiap kampung dipimpin oleh seorang apel. Beberapa buah kampung
bergabung menjadi satu desa, dan dipimpin oleh seorang kalebun (kepala
desa). Ia dibantu oleh seorang carek (juru tulis). Karena masyarakat Madura
umumnya memeluk agama Islam, maka tokoh ulama dihormati pula di daerah
ini. Tokoh agama itu biasanya memiliki pengaruh kuat di bidang sosial
politik, ekonomi dan kebudayaan. Malah para kyai (ulama) menduduki
hierarki teratas setelah bapak (orang tua-tua) dan ratu (pemerintah).
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Madura
http://suku-dunia.blogspot.com/2014/11/sejarah-suku-madura.html